Minggu, 01 Februari 2009

PESONA PURING

Puring merupakan salah satu tamanan daun yang cukup populer di kalangan penggemar tanaman hias. Daya tarik puring diantaranya terletak pada corak, warna, dan bentuk daunnya yang sangat bervariasi. Tanaman yang menyukai sinar matahari ini akan menampilkan daun yang lebih cemerlang apabila diletakkan di tempat terbuka yang mendapat sinar matahari penuh.
Beragam variasi daun yang dimiliki puring merupakan salah satu keunggulan tanaman ini. Hal itu memungkinkan dibuatnya silangan-silangan baru. Penangkaran di Thailand dan Australia banyak membuat silangan-silangan baru yang diburu oleh para hobiis di Indonesia. Para penangkar Indonesia pun tidak kalah semangatnya untuk menghasilkan silangan baru yang disukai.

Kebanyakan puring hibrida yang banyak diburu adalah yang memiliki warna daun lain dari biasanya, misalnya kehitaman. Ada juga yang menyukai bentuk daun dengan corak yang menyimpang dari spesiesnya.
Jadilah, puring yang dulu hanya populer sebagai tanaman pagar atau tanaman kuburan, saat ini semarak menghiasi setiap sisi taman. Tidak lagi hanya di pinggir jalan, sekarang keindahan daun puring yang eksotik dapat dinikmati di taman-taman di perumahan elit, apartemen, hotel dan perkantoran.







Daya pesona puring memang terletak pada daunnya yang variatif. Secara keseluruhan bentuk tanaman ini sederhana sehingga memudahkan penataannya. Perpaduan puring yang menawan dengan pot yang cantik akan menghidupkan suasana di lingkungan kita.
Selain keindahan daunnya, secara tradisional puring dimanfaatkan sebagai obat. Daun puring mengandung saponin, flavanoida, dan polivenol. Konon, air rebusan daun puring bisa memperlancar keluarnya keringat, juga membantu menurunkan panas badan karena demam. Kulit batangnya mampu mengurangai sakit perut akibat diare. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan alkanoid pada puring, yang berfungsi sebagai obat.
Daya tarik lainnya, hampir seluruh jenis puring mudah dirawat dan tidak rewel, sangat tepat dijadikan pilihan bagi para pemula yang ingin merawat tanaman hias. Syarat tumbuh dan tehnik budi dayanya tidak terlalu rumit. Bahkan, apabila terlambat memupuk atau menyiram, tanaman ini tetap dapat tumbuh. Pertumbuhan tanaman puring, baik vegetatif (pertumbuhan tunas, daun, batang dan akar) maupun pertumbuhan generatif (pertumbuhan bunga, buah dan biji), bukan hanya ditentukan oleh faktor genetik, melainkan juga oleh faktor iklim dan pemeliharaan.

KARAKTER PURING

Puring merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini pertama kali dilaporkan oleh seorang Belanda bernama G.E Rumphius sebelum tahun 1690. Rhumpius memberi nama codiaeum pada tanaman ini. Pada tahun 1762 Carl von Linne memberi nama populer pada puring, yakni croton.
Secara morfologi, puring dibagi atas beberapa bagian, yaitu daun, batang, akar, bunga, dan biji.

DAUN
Bentuk daun puring sangat bervariasi. Ada yang berbentuk bulat telur (ovatus), lonjong (oblongus), jorong (ellipticus), dan ada juga yang berbentuk pita (linear). Masing-masing daun mempunyai corak dan warna berbeda-beda.
Tepi daun ada yang rata, bergelombang, dan bahkan berpilin. Ujung daun juga bervariasi bentuknya, ada yang runcing (acutus), tumpul (obtusus), dan meruncing (acuminatus).
Daun puring tersusun berselang-seling atau saling berhadapan dan duduk pada ruas batang tanaman. Daun yang masih muda akan selalu berwarna hijau cerah. Seiring dengan perkembangannya, daun-daun baru ini akan berubah warnanya sesuai dengan jenisnya. Jadilah ciri khas puring, yakni warna daun muda akan selalu berbeda dengan daun tua. Akibatnya, secara keseluruhan akan terbentuk perpaduan warna yang sangat indah.
Daun puring mengandung senyawa saponin, flavanoida, dan polivenol. Itulah sebabnya tanaman ini kadang-kadang dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
BATANG
Sosok batang puring ada dua macam, yaitu bulat, dan bersudut. Pertumbuhan batang tegak menjulang keatas dengan percabangan banyak. Seperti tanaman Euphorbiaceae lainnya, batang puring bergetah. Semakin bertambah umur tanaman, batang akan berkayu dan mengeras.
BUNGA
Puring merupakan tanaman berumah satu (monoeciouse). Jadi, bunga jantan dan bunga betina terpisah dalam tandan bunga yang berbeda. Bunga puring termasuk bunga telanjang-bunga jantan merupakan kumpulan benang sari. Puring termasuk tanaman protandri, yaitu bunga jantan akan muncul dan masak terlebih dahulu dibanding bunga betina.
Bunga tersusun berangkai dalam satu tangkai bunga. Setiap bunga mempunyai 5-10 tangkai benang sari. Bunga betina hanya tersusun dari mahkota bunga semu, pistil (putik), dan ovari (bakal buah). Kepala putik merupakan rongga atau lubang dangkal berisi cairan kental (agak lengket). Lubang ini merupakan tempat meletakkan pollen dan masuknya tabung pollen ke dalam ovari pada waktu penyerbukan.
BUAH DAN BIJI
Buah puring berbentuk bulat. Buah muda berwarna hijau berkilat, setelah tua berubah menjadi hijau tua kusam. Biji juga berbentuk bulat, terdapat di dalam buah.

JENIS - JENIS PURING

Diperkirakan ada ratusan hingga ribuan jenis puring di dunia ini. Namun, pemberian nama untuk jenis-jenis puring ini tidak ada aturan yang baku, berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Pada umumnya, masyarakat memberikan nama berdasarkan bentuk dan penampilan puring.


Secara umum, jenis puring dapat dibedakan berdasarkan komposisi warna daunnya.
Warna tunggal (monocolor): hijau, kuning, hitam, atau merah. Misal, puring jengkol yang dominan hitam.
Warna ganda (bicolor), yakni kombinasi dua warna, seperti hijau-kuning, merah-kuning, hitam-kuning, hitam-merah, dan sebagainya. Misalnya puring tissue, puring air mancur, puring timun, puring telur, puring tanduk, puring badak, puring kobra, dan puring koi yang warna daunnya hanya terdiri dari warna hijau-kuning atau merah-kuning.
Warna majemuk (multicolor), puring jenis ini sangat banyak jumlahnya. Satu daun terdiri atas berbagai warna sehingga tampak colorfull. Contoh puring seperti ini adalah puring sakura, puring kirana, puring concorde, puring kura, puring walet dll.
Berdasarkan bentuk daunnya, puring dapat dibedakan dalam 2 golongan, yakni ;
Golongan pertama yaitu golongan berdaun lebar, sepert puring raja dan puring oscar.
Golongan kedua adalah golongan puring berdaun sempit, seperti puring air mancur dan puring Thailand.
Kadang-kadang, puring mengalami mutasi pada bagian batangnya. Sel-sel di ujung batang pecah sehingga bentuk batang berubah menjadi pipih pada bagian ujungnya. Keadaan mutasi seperti ini disebut kistata

SYARAT TUMBUH

CAHAYA
Di habitat aslinya, puring tumbuh di tempat terbuka dengan sinar matahari penuh. Namun demikian, di tempat teduh pun puring dapat tumbuh dengan subur. Sebagaimana tanaman lainnya, puring membutuhkan sinar matahari dalam proses metabolismenya, terutama dalam proses fotosintesis. Tanpa sinar matahari, proses tumbuh dan berkembangnya tanaman akan terhambat.
Setiap tanaman membutuhkan cahaya dengan intensitas yang berbeda-beda. Intensitas cahaya adalah banyaknya cahaya yang diterima setiap tanaman setiap harinya. Kebutuhan intensitas cahaya puring berkisar antara 90-100%, dengan lama penyinaran 10-12 jam/hari. Oleh karena itu, pada umumnya puring tidak membutuhkan naungan.
Jika cahaya terlalu sedikit, warna daun tidak cemerlang, rata-rata warna yang muncul hanya hijau. Beberapa jenis puring akan lebih ‘ngejreng” warna daunnya apabila terkena sinar matahari sehingga sangat cantik di jadikan tanaman outdoor. Termasuk dalam jenis ini misalnya Codiaeum (Croton) “Bravo” dan Croton “Craigil”
TEMPERATUR
Puring dan kerabatnya tumbuh paling ideal pada temperatur antara 20-35 derajat celcius. Suhu tersebut merupakan suhu rata-rata di Indonesia. Jadi, puring sangat ideal ditanam di negri kita ini. Pada suhu rendah, daun akan lebih sempit tetapi tebal, sedangkan pada suhu tinggi, daun akan lebih lebar tetapi tipis.
KELEMBABAN
Puring menyukai kelembaban sedang. Kelembaban optimal untuk puring berkisar antara 30-60%. Jadi, puring mampu tumbuh di daerah kering. Kelembaban yang terlalu tinggi perlu diwaspadai karena akan merangsang munculnya serangan hama dan penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan cendawan.